Panas, gersang, dan berdebu, itulah gambaran Kampung Wonokusumo. Salah satu kampung tua di ujung Surabaya Utara ini banyak ditempati gudang - gudang besi tua peninggalan Belanda.
Wiwit Purwanto
Surabaya
Dari kawasan Masjid Ampel, lokasi Kampung Wonokusumo ini berada di sebelah utaranya. Kampung ini berbatasan dengan Kampung Pegirikan di bagian selatan, kemudian bagian barat berbatasan dengan Kampung Ujung dan di bagian timur berbatasan Kampung Sidotopo.
Karena lokasi Kampung Wonokusumo yang tidak jauh dari Masjid Ampel ini membuat warga setempat sangat religius dan taat beribadah. Bahkan di lingkungan Wonokusumo ini juga banyak berdiri masjid dan pondok pesantren. Cerita yang berkembang di masyarakat, kawasan Wonokusumo ini merupakan kawasan minus dengan tingkat kerawanan yang tinggi. Sebagian besar kawasan Wonokusumo saat itu adalah berupa rawa-rawa, terutama di bagian utara. Sebagian besar warga di Wonokusumo ini berprofesi sebagai nelayan, buruh dan swasta. “Kampung ini dikenal sebagai kawasan yang rawan, mungkin saat itu kalau ada orang luar kampung tidak akan berani masuk,” kata Sunarto (50) warga setempat. Saat menyusuri jalanan di kampung Wonokusumo ini di kiri kanan jalan banyak dijumpai pergudangan besi tua.
“Gudang-gudang itu peninggalan Belanda, dari dulu memang digunakan untuk gudang besi tua,” katanya.
Menurutnya, keberadaan kampung ini, tak lepas dari keberadaan kawasan Ujung atau sekarang dikenal dengan Pelabuhan Tanjung Perak. Saat itu banyak kapal milik pedagang yang berlabuh di Ujung hingga ke kawasan Wonokusumo itu. Sebagian dari pedagang itu kemudian tinggal bahkan menetap di kawasan Wonokusumo hingga membuat pergudangan. “Ada kekhasan bangunan gudang di Wonokusumo, bentuknya berukuran besar dengan atap yang tinggi,” ujarnya.
Nama Wonokusumo sendiri sebenarnya memiliki arti yang indah yakni hutan bunga atau hutan kembang. Karena itulah warga dan pengurus kampung setempat berusaha semaksimal mungkin membuat kawasan ini menjadi hijau dan berbunga. “Sebagian kawasan sudah mulai berhias bunga, dan ini sudah menjadi komitmen bersama,” kata Iskak Ronnie, Lurah Wonokusumo. Gebrakan yang dibuat warga adalah program saji sapo yang artinya satu jiwa satu pohon. “Ini gerakan untuk menghijaukan Kampung Wonokusumo,” tambah Iskak. Di antaranya adalah penanaman pohon mangga pada setiap lingkungan RT.
Beberapa nama jalan di kawasan Kampung Wonokusumo ini ada yang bernuansa indah seperti Jalan Wonokusumo RB atau Wonokusumo Rumah Bahagia. Selain itu juga ada Wonokusumo Damai, Wonokusumo Bhakti, Wonokusumo Jaya dan lainnya. Di Kampung Wonokusumo ini juga ada kawasan yang bernama Mrutu Kalianyar, belum diketahui kenapa kawasan itu dinamakan demikian. Tapi yang pasti kawasan ini sudah penuh dengan permukiman. Selain Mrutu Kalianyar, di Wonokusumo juga ada kawasan Endrosono. Kawasan ini merupakan lingkungan yang padat penduduk dengan ciri khas jalan gang yang memanjang. Untuk mencukupi kebutuhan warga setempat, di kawasan ini juga berdiri pasar tradisional di lingkungan RW 12 dan RW 4.
0 komentar:
Posting Komentar