Senin, 31 Januari 2011

PASAR BUAH PENELEH

Pasar Buah Peneleh merupakan cikal bakal pasar buah lain di Surabaya seperti Pasar Widodaren, Pasar Buah Pawiyatan, Pasar Buah Dupak. Mulanya warga Bali yang berkunjung ke Surabaya untuk mencoba mencari kehidupan yang lebih baik. Karena pada saat itu banyak bus dari Bali yang penumpangnya turun di sekitar Jalan Peneleh Surabaya, dan bongkar muat di dekat Hotel Bali, Hotel Singaraja.
Awalnya mereka membawa buah dalam jumlah sedikit untuk dijual. Tetapi karena permintaan buah terus meningkat maka merekapun selalu memenuhi permintaan tersebut. Karena produksi buah terlalu banyak di Bali sehingga tidak terserap pasr maka dikirim ke Yogya, Solo, Surabaya, Jakarta. Buah sering digunakan umat Bali sebagai bagian dari upacara keagamaan dan hari raya Galungan maupun Kuningan. Adalah seorang ibu bernama Made Prami sebagai perintis keberadaan Pasar Buah Peneleh.
Buah anggur, merupakan komoditi pertama yang diperdagangkan dan membuat Pasar Penenleh dikenal sebagai Pasar Buah Anggur. Buah Anggur dan Rambutan didatangkan dari Kabupaten Singaraja dan , Salak dari Sibetan-Karangasem. Sampai saat ini, para pedagang buah merasa senang berdagang disini karena strategis. Bagi hasil atau komisi merupakan sistem yang dipakai dengan menjualkan buah dari para petani atau pengepul Bali. Selain Anggur, juga ada Salak Pondoh, Apel Batu, Dukuh Palembang dan Banjarnegara. Disepanjang Jalan Peneleh dan Achmad Jais terdapat pedagang yang mempunyai toko atau bangunan besar untuk menjual buah import. Sekitar 35 stan mendiami sepanjang Jalan Peneleh. Iuran sampah listrik sebesar 15 ribu rupiah per hari mereka keluarkan. Daerah di Indonesia yang dikenal sebagai sentra Jeruk yaitu Ujung Pandang, Bali, Jember, Banyuwangi, Lumajang. Menurut para pedagang, saat ini kualitas terbaik buah jeruk berasal dari Jember. Harga buah tergantung musim. Kalau lagi musim berarti hasil melimpah sedangkan permintaan cenderung stabil maka harga akan melonjak. Begitu pula sebaliknya. Harga jeruk ditentukan berdasarkan kualitas buah dan digolongkan dalam 5 kategori yaitu Grade A Rp 4.500 - Rp 7.000, Grade B Rp 3.500 - Rp 4.500, Grade C Rp 2.500 - Rp 3.500, sedangkan yang terakhir Grade 4 sekitar Rp 1.000 per kg. Pembelian minimal untuk Jeruk per keranjang atau partai. Anggur satu peti kemasan 5, 10, 20, 40 kg.
Para pedagang asal luar Surabaya seperti Gresik, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Blora, Gresik, Yogya, Pemalang mencari buah istilahnya "kulakan" untuk dijual kembali di daerahnya.
Kendala berdagang buah disini yaitu biaya angkutan yang terlalu tinggi dan yang terbesar adanya pungutan di sepanjang perjalanan. Sebagai informasi 1 muatan ukuran truk tronton mencapai Rp 21 juta berisi kira-kira 22 ton. Kita sangat tertinggal dengan Negara China, Vietnam, Thailand karena selain produksi terus bertambah dengan kualitas baik dan ditunjang dengan kebijakan pemerintah yang mendukung. Para petani di Indonesia menjadi enggan untuk bercocok tanam karena hasilnya tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani. Seperti jeruk biaya produksinya mencapai Rp 1.500,- per kg, tetapi setelah panen hanya dihargai Rp 500,- per kg. Menjelang malam para pedagang dari luar kota berdatangan untuk "kulakan" dan pagi hari para pedagang kecil di Surabaya. Sekarang buah yang dominan dijual adalah buah jeruk. Kalau Pasar Pegirian yaitu Buah Rambutan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Widyaswara | Address : Jl. Kalidami viii/25 Surabaya - Telp.(031) 5926865, 081322430013 | Blogger Templates