Senin, 31 Januari 2011

MASJID CHENG HO

Arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo yang terletak di Jalan Gading Surabaya cukup artistik. Dibangun dengan memadukan budaya Islam, Jawa, dan Cina yang didominasi warna hijau, kuning, dan merah.  Bentuk bangunan khas Tiongkok dengan Joglo Jawa. Ini sekaligus menunjukkan keeratan antara budaya Cina dan Jawa yang sudah terjalin sejak dahulu. Cheng Hoo juga terinspirasi nama Laksamana Cheng Hoo yang sudah muslim ketika masuk kerajaan Majapahit. Komunitas muslim Cina yang membangun masjid ini ingin mengingatkan kembali bahwa ajaran Islam juga disebarkan orang Tiongkok. 

Masjid Cheng Hoo diilhami dari bangunan Masjid Niu Jei di Beijing, Cina, yang dibangun pada 996 Masehi. Namun, pembangunan masjid Cheng Hoo baru dilaksanakan pada 10 Maret 2002 dan diresmikan pada 13 Oktober tahun silam. Secara keseluruhan, masjid yang mampu menampung 200 jemaah ini berukuran 21 x 11 meter dengan bangunan utama 11 x 9 meter

Bangunan masjid ini mempunyai delapan sisi di bagian atas bangunan. Ketiga ukuran atau angka tersebut mempunyai arti tersendiri. Angka 11 melambangkan ukuran Kabah yang baru dibangun. Angka sembilan menggambarkan Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Sedangkan angka delapan melambangkan pat kwa yang bermakna keberuntungan atau kejayaan.
Sejarawan Sie Hok Tjwan pernah menulis, sebelum kedatangan kaum kolonialis dari Eropa, hubungan orang Tionghoa dengan penduduk di wilayah Indonesia tidak menunjukkan persoalan ras. Agama Islam di Jawa dan di Palembang, Sumatra Selatan, hingga Sambas di Kalimantan Barat datangnya dari Tiongkok.
Alirannya Islam-Hanafi. Masjid-masjid di Pulau Jawa bagian utara jelas menunjukkan arsitektur Tionghoa. 

Sie Hok Tjwan mengatakan, pada 1451 Bong Swee Ho yang berasal Champa mendirikan pusat Islam di Ngampel, Jawa Timur, untuk penduduk lokal. Bong Swee Ho selanjutnya dikenal sebagai Sunan Ngampel. Puteranya Bong Swee Ho bernama Bong Ang adalah salah satu Wali Songo dengan nama Sunan Bonang. Penegak kerajaan Islam Demak, Raden Patah (Jin Bun), juga seorang Tionghoa atau Tionghoa-peranakan.(TNA/Mohammad Khodim dan Winanto). Tempat ibadah ini diharapkan bisa menjadi media pemersatu bagi mualaf dari etnis Tionghoa. Sebab, banyak mualaf dari Tionghoa yang masih ragu menjalankan ibadah secara bersama-sama.

Masjid ini dibangun untuk mengenang Laksamana Cina beragama Islam yang pertama masuk ke Indonesia, yakni Laksamana Cheng Hoo. Kedatangan Cheng Hoo adalah bukti bahwa Islam bukanlah hal baru bagi masyarakat Cina. Bahkan, sebelum Islam masuk Jawa, agama ini terlebih dahalu masuk ke Cina

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Widyaswara | Address : Jl. Kalidami viii/25 Surabaya - Telp.(031) 5926865, 081322430013 | Blogger Templates