PAWANG
HUJAN SUMENEP, LUTHFI
Keilmuan di Nusantara ada berbagai macam seperti lembu sekilan, kebal, pelet, pengasihan, pawang hujan dll. Nenek moyang kita sebenarnya mempunyai segala ilmu untuk mengatasi permasalahan kehidupan namun untuk mendapatkan ilmu tersebut harus ada lelaku yang berat. Khususnya pawang hujan di setiap daerah mempunyai tradisi dan tata cara yang berbeda dalam mengendalikan cuaca. Dan pada dasarnya hujan tidak dihentikan tetapi hanya dialihkan ke daerah lain. Di kota Sumenep ada sosok pawang hujan yang sudah dikenal yaitu Luthfi desa Parsanga kec.kota Sumenep. Beliau sudah berpengalaman sebagai pawang hujan sejak tahun 1997. Luthfi sudah berguru di lima guru yang mumpuni di Madura dan juga mempunyai ilmu mendatangkan hujan.
Sebenarnya pawang hujan di Madura seperti Sumenep, Sampang, Pamekasan dan Bangkalan mempunyai pawang hujan sendiri. Setiap pawang hujan rata-rata mempunyai ilmu mendatangkan hujan. Kalau ditelusuri pada dasarnya ilmu pawang hujan di Madura bersumber pada satu guru besar. Namun mereka terkadang tidak mau mendatangkan hujan hanya sekedar punya ilmu tersebut. Tapi ada yang mau mendatangkan hujan dengan bayaran mahal atau seikhlasnya atau tanpa bayaran atau hanya dikasih rokok tergantung permintaan dan rokoknya bisa satu bungkus atau satu pres. Desa di kota Sumenep yang banyak pawangnya seperti desa Marengan, desa Tasada, desa Girpapas, desa Karang Anyar dan desa Kalianget.
Bagi pawang hujan dari luar Sumenep yang diminta untuk membantu hajat tuan rumah di Sumenep harus ekstra hati-hati karena dia akan dicoba terlebih dahulu keilmuan pawang hujannya oleh pawang hujan lokal dengan cara didatangkan hujan. Masalah uji coba ini sudah menjadi tradisi di Sumenep sehingga sulit untuk dihilangkan. Seharusnya ada sorang yang dituakan atau dianggap mumpuni dan dihormati yang bisa menyatukan pawang hujan Madura sehingga tidak ada lagi uji coba di acara hajat. Yang dirugikan itu yang punya hajat, sudah bayar pawang hujan mahal acarapun jadi berantakan. Hendaknya pawang hujan Madura membuat paguyuban sehingga saling mendukung di setiap hajatan. Tradisi saling menyerang antar pawang hujan hendaknya dihentikan atau diakhiri dan itu semua tidak ada manfaatnya sama sekali. Kalau sudah merasa ilmu pawang hujannya sudah mumpuni hendaknya hijrah di kota lain se Indonesia untuk mengamalkan ilmu pawang hujan dari pada bertarung antar sesama pawang hujan sedaerah.
Sewaktu jamannya mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang ke kota Sumenep Madura yang menyewa seratus pawang hujan ternyata bisa dikerjai oleh pawang hujan lokal sehingga acara ditunda karena hujan. Seratus pawang hujan kalah dengan satu pawang hujan lokal. Hal ini membuat bupati Sumenep menjadi malu, marah dan geram, beliau ingin tahu siapa yang melakukannya. Keesokan harinya acara Presiden tetap dilanjutkan dan kondisi cuaca bisa dikendalikan oleh seratus pawang hujan. Pawang hujan lokal tidak mau mendatangkan hujan lagi. Mungkin sudah takut karena sudah ketahuan keberadaannya.
PAWANG
HUJAN SUMENEP
LUTHFI
Dusun
Temor Leke RT 01 RW 9 desa Parsanga kec. Kota Sumenep Madura
Wa
0852 5702 9004
0 komentar:
Posting Komentar