Meski nama kampung ini sudah menjadi terkenal karena keberadaan Jembatan Suramadu tidak serta merta membuat warga kampung ini berubah dalam kehidupan sehari-hari. Warga tetap menekuni pekejaannya sebagai nelayan.
Wiwit Purwanto
Surabaya
Untuk sampai di Kampung Tambak Wedi ini cukup mudah, cari saja papan penunjuk arah yang menuju ke Jembatan Suramadu.
Sampai di gerbang masuk Suramadu, itulah Kampung Tambak Wedi. Konon dari cerita warga setempat, keberadaan Kampung Tambak Wedi ini tak bisa lepas dengan kedatangan seorang perantau dari Gresik yang bergelar Pangeran Sedayu. “Pangeran Sedayu ini datang ke kawasan Tambak Wedi yang saat itu masih berupa hamparan tambak dan rawa rawa,” tuturnya. Selanjutnya di kawasan baru Kampung Tambak Wedi, Pangeran Sedayu ini melakukan syiar Agama Islam. Terkait dengan nama Kampung Tambak Wedi kata Partinah dari cerita yang ada, karena menyesuaikan dengan kawasan Tambak Wedi itu sendiri.
Kawasan yang sebagian terdiri dari tambak, ini jika air surut maka akan kelihatan wedi (pasir). “Jadi kalau pas air tambak itu surut areal pertambakan itu kelihatan wedinya (pasir),” tambahnya.
Kampung tambak Wedi dengan kampung lainnya yang berdekatan seperti Kampung Kedung Cowek, Kampung Tanah Kali Kedinding dan Kenjeran merupakan kawasan yang hampir sama kondisi geografis dan masyarakatnya.
Kampung - kampung ini pada awalnya juga satu kecamatan yakni Kecamatan Sukolilo. Namun dalam perkembangan jaman, kampung ini akhirnya dipecah. Kampung Tambak Wedi dan Tanah Kali Kedinding ikut wilayah Kecamatan Kenjeran.
Penduduk di Tambak Wedi ini juga beragam, mayoritas warga asli atau suku Jawa, tapi karena keberadaannya sehari hari di laut maka logat warga di Tambak Wedi ini seakan sudah berubah, logatnya khas dan sekilas seperti logat Madura.
“Warga Tambak Wedi banyak orang jawanya tapi logatnya seperti orang Madura. Mungkin karena pengaruh lingkungan daerah pesisir,” ujar Anang, tokoh pemuda kampung.
Yang memprihatinkan masih kata Anang adalah rendahnya tingkat pendidikan pada warga kampung. Menurutnya masih banyak anak - anak yang usia sekolah di Tambak Wedi ini tidak lagi mengeyam pendidikan lantaran harus membantu orangtuanya bekerja.
“Ini karena rendahnya kesadaran dari orangtua yang menyebabkan anak-anak tidak sekolah lagi,” tuturnya.
Di Tambak Wedi juga ada satu lingkungan yang bernama Tanah Merah. Sebagian dari wilayah Tanah Merah juga ikut kampung Tanah kali Kedinding, dinamakan demikian karena dulunya kawasan Tanah Merah ini merupakan tempat orang membuat batu bata.
“Memang tanahnya agak merah dan bisa dibuat produksi batu bata,” tambahnya.
Lingkungan Tanah merah ini terdiri dari beberapa daerah dengan nama yang khas dan unik seperti Tanah Merah Bayam, Tanah Merah Sayur dan Tanah Merah Selada.
Andik salah satu warga Tanah merah mengatakan perkembangan kawasan ini setelah dibukanya Jembatan Suramadu, secara perlahan memang membuat kampung ini bertambah ramai.
Ia mencontohkan di kawasan sekitar kaki Jembatan Suramadu pada hari - hari tertentu seperti Sabtu malam Minggu atau hari libur, kawasan ini cukup ramai.
“Banyak anak - anak muda berkumpul di sekitar kaki Jembatan Suramadu ini, bahkan beberapa orang ada yang membuka warung kopi dadakan,” ujarnya.
Data wilayah
- Luas lahan: 97 ha
- Jumlah penduduk: 9124
- Jumlah RT RW: 43 RT – 4 RW
- Pendidikan warga: Mayoritas SD
- Pekerjaan warga:Aswasta, nelayan
- Potensi wilayah: Permukiman
0 komentar:
Posting Komentar